Siapakah Kelompok Penyebar Ujaran Kebencian di Media Sosial?
WuanjrotBray,-Seiring dengan kepopuleran media sosial di masa sekarang ini, kita kerapkali melihat bagaimana kebebasan berpendapat yang banyak dikemukakan oleh para penggunanya. Namun belakangan, kebebasan berpendapat itu mengarah pada sesuatu yang negatif, apalagi kalau bukan ujaran-ujaran kebencian yang semakin lama semakin bertebaran dan meresahkan bagi siapapun yang membacanya.
Dari situlah kemudian muncul satu pertanyaan yang sangat menggelitik. Siapakah yang berada dibalik penyebar ujaran-ujaran kebencian tersebut?
Orang perorangkah? atau sekelompok orang?
Sebuah jawaban perlahan muncul ke permukaan. Berawal dari euphoria pemilihan gubernur Jakarta di tahun 2012, dimana Jokowi-Ahok bertemu dengan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli di putaran ke 2,
Jokowi-Ahok mendirikan JASMEV, Jokowi Ahok Socia Media Volunteers.
Walaupun “volunteers” tapi kenyataannya diberikan tempat dan
difasilitasi oleh Jokowi-Ahok.
Sejak itu, mulai ujaran kebencian bertebaran di social media, membangun
opini bahwa Jokowi-Ahok terbaik dan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli buruk.
JASMEV dibentuk pada tanggal pada tanggal 12 Agustus 2012, di Warung
Daun, Cikini untuk mendukung pasangan Jokowi-Ahok di Pilkada DKI
Jakarta. Setelah sukses berperan dalam naiknya Jokowi ke kursi Gubernur,
JASMEV non aktif dan baru diaktifkan kembali menjelang pilpres pada
tanggal 27 Maret 2014 di Waroeng Solo, Jeruk Purut, Jakarta. JASMEV dengan arti singkatan yang berubah yaitu Jokowi Advanced Social
Media Volunteers. JASMEV yang baru ini lebih sadis lagi, semua pendukung
Prabowo Subianto dijelekkan. Yang paling parah pada saat JASMEV
memasang iklan di Google Adsense dengan foto-foto Prabowo dan grupnya
yang dianggap sebagai koruptor dengan warna hitam.
Sejak JASMEV ada, dengan segala cara membuat kampanye hitam, sejak itu pula umat Islam terusik, apalagi sejak JASMEV versi ahok sangat membela Ahok di kasus penistaan agama Al Maidah 51.
JASMEV saat ini dalam kondisi non aktif. Namun beberapa pelatihan
diadakan di beberapa tempat untuk meningkatkan kapasitas relawan
menyongsong 2019 nanti.
Bagaimana cara menghentikan MCA, sangat sulit! Karena militan, tersebar
dibanyak daerah, semakin banyak kampanye untuk pemerintah, apalagi
menjelekkan Islam, makin semangat MCA untuk membalas berita-berita
fitnah.
Tapi ada satu cara untuk melawan JASMEV :
“Cara melawan Jokowi sebenarnya sungguh sangat sederhana, yaitu dengan
kebenaran, sebab seperti kata kalimat bijak, kebenaran akan
membebaskanmu. Kebenaran macam apa yang dapat digunakan untuk menghantam
Jokowi dan Jasmev yang tidak punya etika itu? Kebenaran mengenai Jokowi
dan Jasmev itu sendiri, sebab yang harus selalu diingat adalah semua
hal yang ditampilkan Jokowi dan Jasmev adalah ilusi, sekedar trik sulap
untuk menipu mata rakyat, sesederhana itu, dan tidak rumit.,” demikian
tulis Fanya, mantan anggota JASMEV yang tobat.
Saat ini umat Islam yang mengaku Muslim Cyber Army (MCA), tidak ada yang
membiayai, tempatpun tidak ada yang menyediakan. Artinya MCA itu sangat
militan. Jumlah JASMEV dibandingkan MCA, pastinya sangat jauh berbeda,
pasti lebih banyak MCA. Walaupun penggiat Sosial Media yang pro
pemerintah Jokowi saat ini sering diundang ke Istana, melakukan rapat
tertutup, untuk membahas strategi kampanye pemerintah.
Kebenaran mungkin bisa ditutupi tapi tidak akan pernah bisa dihilangkan.
Sebenarnya rakyat sudah tau siapa dalang semua ini, cuman memang harus seperti ini dulu jalan Indonesia harus kalah dan dikuasai asing dan aseng biar terlihat mana pengkhianat bangsa. Setelah itu pasti ada pahlawan yg terlahir. Hidup akan terus seperti itu
ReplyDelete